Langsung ke konten utama

Fashion Design

Sejak kecil Nadin hidup dilingkungan keluarga yang bisa menjahit. Sejak kecil pula Nadin bermain dengan mesin jahit. Nadin suka membuat kerajinan tangan. Nadin telaten dengan keahlian tangan. Apapun yang berbau kerajinan, Nadin pasti suka dan bisa. Contohnya, Nadin suka membuat baju untuk boneka barbie nya. Entah itu dijahit dengan tangan, maupun dirajut.

Suatu hari yang sunyi, Nadin merenung tentang masa depannya. Apakah yakin dan mungkin Nadin bisa terjun di dunia aviasi sedangkan dia tidak punya latar belakang apapun tentang itu. Nadin merenungkan mengapa dia tidak menata masa depan sesuai kemampuannya saja. Nadin mulai mengingat apa yang bisa dia lakukan. Alhasil dengan latar belakang yang dia miliki, Nadin mantap mengubah rencana masa depannya. 

Impian Nadin untuk bekerja di bidang aviasi sepertinya terlalu jauh. Nadin memutuskan untuk memilih menjadi fashion designer. Keputusan ini sudah dipikir matang-matang. Sejak kelas 11 Nadin menyiapkan untuk melanjutkan kuliah di jurusan fashion design. Universitas impian Nadin sudah ditentukan. Ibu sudah menyetujui dan sangat sangat mendukung. Tapi tidak untuk ayah.

Ayah tidak setuju Nadin terjun di bidang fashion seperti ini. Sejak awal Nadin sudah tahu bahwa sangat berat pilihannya disetujui Ayah. Tapi tidak ada salahnya Nadin menyiapkan diri sembari membujuk ayah. Banyak harapan dan angan angan bahwa nantinya ayah akan setuju dengan pilihan Nadin.

Banyak persiapan yang dilakukan Nadin dari jauh jauh hari. Bentuk persiapan seperti kursus jahit dan kursus menggambar. Semua dilakukan Nadin dibelakang ayah tanpa izin. Diam diam dengan dukungan ibu, Nadin berangkat menyiapkan diri. Selain itu berkas berkas sudah disiapkan Nadin untuk pendaftaran.

Sayangnya 4 hari menjelang penutupan pendaftaran, ayah tetap dengan pendiriannya. Mau tak mau Nadin harus melepaskan harapannya. Setiap hari Nadin menangis tidak ikhlas. Semua persiapannya selama satu tahun sia sia saja. Sudah tidak mungkin Nadin bisa kuliah sesuai jurusan impiannya. 


Komentar

  1. semangat dinnnn, btw bagusss

    BalasHapus
  2. jurusan bahasa Perancis gpp din 🀘🏻🀝🏻

    BalasHapus
  3. Tetap semangat nadinπŸ’ͺ

    BalasHapus
  4. ini nadjn banget sii, semangat diiin

    BalasHapus
  5. saya mengsedih bacanya, critanya bagus

    BalasHapus
  6. Semangat terus nadin, kamu bisa

    BalasHapus
  7. Alur cerita nya ringan dan mudah dipahami... Sederhana cara penyampaian ceritanya tapi yang membaca bisa masuk dalam karakter nadine...
    Semangat terus belajar menulis nya ya nak.. suatu saat apa yg kamu citakan pasti berhasil... πŸ™πŸ˜˜

    BalasHapus
  8. gaada yg sia sia kok din, dijadiin hobi aja itu. gaada yg tau kedepannya gmna. siapa tau nantinya terjun di dunia fashion

    BalasHapus
  9. Semangat dinnnnn masih ada jurusan yang lain nya oke ² kyaaaa

    BalasHapus
  10. Semangat nadinn! Semoga cita-citanya tercapai!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Pertama di Hari Pertama Sekolah

 “Nadiinnnnnnnnnnnn jam berapa ini, kamu gak ikut psikotes apa ?” kata ibu “Ya Allah jam 6 pagi” kata Nadin Cepat-cepat Nadin lari ke kamar mandi. Memang Nadin tidak suka dengan beberapa hal baru. Seperti hari pertama ke sekolah. Menurutnya hari pertama ke sekolah itu mengerikan. Karna itu semalam dia tidak bisa tidur hingga subuh. Hari ini jadwal tes kemampuan MIPA dan psikotes di SMA Negeri 1 Langsat. Kegiatan rangkaian syarat tes masuk jurusan IPA. Tapi karna semalam Nadin tidak bisa tidur, akhirnya dia bangun kesiangan. Kejadian sangat fatal untuk hari pertama masuk sekolah. Nadin sangat mengecewakan hari itu. “Pakkkkk.... Tunggu sebentar.” ujar Nadin “Aduh nakk... Jam berapa ini baru datang, ayo cepat cepatttt” sorak salah satu guru pengajar di sekolah baru. Nadin lari sekitar 100 meter ke ruang ujian yang ada di lantai 3 dengan medan berkelok-kelok naik turun dengan terengah-engah. Sesampainya di kelas, wajah wajah serius menahan berak mengalihkan pandangannya pada Nadin. San...