“Hallo aku Nadin anak IPS 6, salam kenal.” Sapa Nadin pada anak-anak jurusan Bahasa.
Sejak hari itu, Nadin yang belum menerima statusnya sebagai siswi IPS menginjakkan kakinya di kelas bahasa. Menurutnya kelas bahasa menarik. Di sana ada teman dekatnya dari SMP dan beberapa anak juga sudah pernah kenal dengannya sebelumnya. Berbeda dengan isi dalam kelasnya IPS 6 yang masih menganut pertemanan aliran golongan kasta, status, ras, asal, dan kelompok. Rasanya kelas Bahasa lebih menarik dan kekeluargaan dibanding IPS. Meskipun di IPS, Nadin punya teman baru yang sanyang sekali dengannya. Tapi menurutnya Bahasa lebih prospek untuk masa depannya.
Semenjak kegagalan Nadin tentang jurusan di SMA nya, dia pesimis dengan cita-citanya. Latar belakang Nadin bukan siswi yang pandai hanya saja dia terbiasa sibuk belajar. Hal itu membuat dia tidak nyaman berada di lingkungan IPS yang serba santai. Semenjak dia tak sengajak datang ke kelas bahasa, rasanya dia menemukan jendela baru untuk menata masa depannya.
Beberapa hal membuat Nadin berfikir untuk pindah jurusan. Mulai dari situasi pertemanan yang dibilang kurang nyaman. Situasi belajar yang kurang cocok terlebih kecewa karna gagal mendapat jurusan IPA. Rasa kecewa karna gagal. Cita-cita masa depan yang berantakan lagi. Pernah ingin kuliah di Jerman dan kebetulan bahasa asing di jurusan bahasa adalah bahasa Jerman. Cita-cita kedua nya menjadi pramugari lebih diuntungkan jika Nadin bisa menguasai bahasa asing selain bahasa Inggris. Hingga lingkungan pertemanan di jurusan bahasa dirasa lebih sehat untuk mentalnya ketimbang di jurusan IPS. Ada juga yang paling membuat Nadin semangat adalah novel berjudul ‘Aexperience’ karya pile a lot tentang perjalanan pilot lulusan bahasa membuat semangat dan kepercayaan diri Nadin tumbuh lagi. Kurang lebih hal-hal itulah yang mendasari pertimbangannya.
Impian Nadin untuk menjadi Pilot sudah banyak terhambat karna kegagalannya masuk jurusan di SMA. Rencananya setelah lulus SMA dan paling tidak menguasai sedikit bahasa asing, Nadin ingin menjadi pramugari. Menurutnya, paling tidak jika tidak bisa menjadi pilot, setidaknya dia bekerja di dunia penerbangan. Dengan menjadi pramugari, Nadin bisa mengasah kemampuan bahasanya serta punya pengalaman di bidang penerbangan. Setelah beberapa tahun dengan pengalaman yang dia punya, akan lebih mudah meraih cita-citanya menjadi seorang pilot.
Nadin yang bimbang mulai menjelaskan alasannya untuk pindah jurusan pada ibunya. Dia juga menjelaskan apa rencananya setelah pindah ke jurusan bahasa. Orang tunya setuju saja dengan pilihan Nadin namun belum tentu orang sekitar Nadin sepakat. Pihak saudaranya seperti menanyakan lagi apakah nadin serius dengan keputusannya yang mungkin ada beberapa dampak buruk yang bisa terjadi. Cemoohan guru SMP Nadin yang memandang rendah jurusan bahasa. Teman di kelas IPS mayoritas menyemooh dan membully keputusan Nadin. Serta masalah yang seharusnya pribadi dibesarkan di kelas IPS, membuat nadin semakin yakin untuk pindah dari kelas toxic seperti itu.
“Yakin kamu mau pindah ? Nanti kalau bla bla bla bla gimana ?” kata saudaranya
“Aduh kamu ngapain pindah jurusan bahasa, udah bener di IPS. Saya dulu ya IPS sekolahnya enak sekarang jadi guru. Dulu bahasa lingkungannya sempit temennya dikit. Gak banget lah. Tak kasih tau ya bahasa itu bla bla bla bla.” Ujar guru Nadin di SMP dengan ekspresi buruk yang tidak sepantasnya seorang guru berperilaku seperti itu apalagi beliau seorang guru yang seharusnya tahu bahwa pendidikan itu luas tidak sempit seperti apa yang diutarakan oleh nya.
“Kalau pindah sekarang aja kenapa nunggu besok katanya gak betak disini. Ituloh temenmu di Bahasa nungguin. Trus baju kelas nya gimana, tetep mau buatin kah ? Tapi mau dibuat apa, kan mau pindah hahaha. Buat tidur ya. Kalau buat tidur nanti aku desain khusus buat kamu yang spesial. Tapi masa baju kelas buat tidur. Gk menghargai banget. Aduh gausah dibikinin lah kan mau pindah. Jauh jauh lah” ujar salah satu anak yang kastanya baru naik karna baru ganti iPhone dengan nada tinggi profokasi. Sebelumnya Nadin tidak pernah ada komunikasi dengan dia selain mengambilkan bukunya yang tertinggal dan saat dia meminjam atau meminta bolpoin warna milik Nadin. Tetapi apa yang dia ucapkan pada Nadin seperti sudah kenal lama dan pernah ada hubungan teman diantara mereka.
Omongan orang-orang disekitar Nadin tidak mengubah tekatnya untuk menata ulang semangat masa depannya. Nadin sadar semua rintangan pasti akan berlalu meskipun banyak tangis di dalamnya. Yang terpenting adalah masa depannya. Entah bagaimana bentuk cemooh orang, Nadin punya tekat untuk memulai tujuan masa depan barunya. Dan akhirnya Nadin resmi menjadi siswi jurusan Bahasa di SMAN 1 Langsat dan disambut baik oleh teman-teman baru di kelas Bahasa.
nadin keren banget! berani mengambil keputusan di tengah-tengah masyarakat yang bicaranya kadang kurang beretika ya. I mean, selagi gaada ruginya di org tsb, ngapain ngmg2 jelek gtu ya kak :)
BalasHapusdari part ini aku belajar, bahwa tidak semua omongan orang itu harus kita terima. dan tidak menjadikan hal tersebut halangan bagi kita untuk terus melangkah.
BalasHapusbtw saya gedeg banget sama anak ips 6 itu, ceritanya menguras emosi ya
BalasHapusKerenn
BalasHapuskeren 👍
BalasHapusMantap sekaliii👍
BalasHapuswahh semangat nadinn, tutup telingamu saat orang lain mengejekmu💪🏻
BalasHapusSemangat nadin, masa depanmu ada di tanganmu:)
BalasHapusSemangat anak manis 💪
BalasHapusSemangat dinn! U keren banget bisa ngambil keputusan besar inii🤩❤️
BalasHapusSelalu kagum sama orang yang berani ngambil keoutusan sendiri, kagum bgt sama nadin💙
BalasHapussi nadin yg masyaallahh
BalasHapus