Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Fashion Design

Sejak kecil Nadin hidup dilingkungan keluarga yang bisa menjahit. Sejak kecil pula Nadin bermain dengan mesin jahit. Nadin suka membuat kerajinan tangan. Nadin telaten dengan keahlian tangan. Apapun yang berbau kerajinan, Nadin pasti suka dan bisa. Contohnya, Nadin suka membuat baju untuk boneka barbie nya. Entah itu dijahit dengan tangan, maupun dirajut. Suatu hari yang sunyi, Nadin merenung tentang masa depannya. Apakah yakin dan mungkin Nadin bisa terjun di dunia aviasi sedangkan dia tidak punya latar belakang apapun tentang itu. Nadin merenungkan mengapa dia tidak menata masa depan sesuai kemampuannya saja. Nadin mulai mengingat apa yang bisa dia lakukan. Alhasil dengan latar belakang yang dia miliki, Nadin mantap mengubah rencana masa depannya.  Impian Nadin untuk bekerja di bidang aviasi sepertinya terlalu jauh. Nadin memutuskan untuk memilih menjadi fashion designer. Keputusan ini sudah dipikir matang-matang. Sejak kelas 11 Nadin menyiapkan untuk melanjutkan kuliah di jurusa...

Pengalaman Baru

 Pandemi berlalu seperti biasa. Orang-orang sudah mulai abai dengan pandemi. Aktifitas luar rumah di pertengahan tahun 2021 sudah mulai kembali seperti dulu. Nadin merasa harus punya kegiatan di luar rumah. Mulai lah Nadin mencari apa yang bisa dia kerjakan di luar rumah. Kebetulan sekolah Nadin mengadakan seleksi untuk diajukan mengikuti lomba seni nasional. Nadin yang suka kerajinan sangat tertarik dengan tawaran itu. Ditambah lagi Nadin butuh sertifikat untuk mendaftar kuliah jurusan fashion design. Sertifikat itu sangat bernilai jika dia berhasil mendapatkannya. Hari seleksi tiba. Ada tiga peserta yang mengajukan diri pada pembina. Saat sesi wawancara, hanya Nadin yang aktif waktu itu. Peserta lain seperti tidak begitu ambisius. Itu membuat Nadin semakin yakin kalau Nadin bisa. Padahal dia tidak punya pengalaman apapun untuk mengikuti ajang lomba besar seperti ini. Pembina mengharapkan mereka bertiga saling membantu dalam lomba yang diselenggarakan secara online ini. Pada akhir...

Insecure

 Fase terberat dalam hidup Nadin. Merasa menjadi manusia paling tidak berguna. Manusia paling malas. Manusia yang tidak punya kemampuan. Manusia yang lemah. Manusia yang terbelakang. Manusia paling tidak punya apa apa. Manusia tidak berhasil. Berawal dari pemikiran lebay, Nadin merasa dirinya yang seharusnya punya waktu fleksibel saat daring bisa membuat sesuatu yang berguna dan menguntungkan. Tetapi Nadin sekarang dan dulu sebelum pandemi malah mengalami penurunan aktifitas. Tidak punya waktu untuk hal baru karena tugas menumpuk. Kehidupannya berasa monoton. Tidak seperti orang orang di sosial medianya yang punya hal baru. Nadin terus membandingkan dirinya dengan teman bahkan orang yang tidak dikenalnya langsung. Dulu Nadin punya keinginan untuk membuat konten make up di instagram. Semua uangnya dibelanjakan seperangkat alat make up. Tidak sedikit uang yang dikeluarkan. Bisa-bisa seharga HP keluaran terbaru saat itu. Tapi dengan fasilitas yang sudah mumpuni, Nadin tidak percaya di...

Tugas Paling Berat

 Suatu minggu di Kediri, Nadin mendapat tugas mengerjakan UKBM bahasa Jawa yang sangat banyak. Tengatnya 1 minggu sedangkan Nadin sedang di Kediri. Tugas sudah dicicil mengerjakan selama 3 hari. Di hari ke 3 tugas yang selesai baru setengahnya. Mulai pukul 4 sore, Nadin mengerjakan hingga subuh tanpa henti. Sedangkan di hari ke 4 tugas harus sudah dikirim melalui travel pagi-pagi. Supaya bisa sampai di kantor Ayah lalu dibawa pulang. Dan di hari 5 bisa dititipkan pada teman Nadin, supaya di hari ke 6 bisa dikumpulkan pada teman lainya yang sudah diberi tugas menjadi perantara antara murid dengan guru mengingat situasi pandemi yang masih naik-naiknya. Mau tak mau Nadin harus melembur tugasnya di hari ke 3 sejak sore hingga memasuki hari ke 4. Di hari ke 4 pun Nadin harus mengerjakan hingga pukul setengah 7 pagi. Padahal di jam 7 pagi, supir travel sudah menjemput tugas titipan Nadin. Pukul 4 sore hingga 8 malam berjalan biasa. Masih santai karena uti dan kung belum tidur. Sinetron i...

Daring dari Kediri

Dua bulan terakhir di tahun 2020. Nadin memutuskan untuk tinggal sementara di rumah uti dan kung. Rumah uti dan kung ada di Kediri. Sedangkan rumah Nadin ada di Malang. Uti dan kung tinggal berdua saja tapi setiap pagi menuju siang ada om yang datang untuk beraktifitas. Kehadiran Nadin seperti anak tunggal. Uti dan kung sangat memanjakan Nadin. Apa yang Nadin minta dan butuh selalu diberi. Setiap sudut rumah uti dijajah barang barang Nadin yang sangat banyak. Hari itu Nadin membangun spot belajar yang membutuhkan 1 ruang tengah. Nadin juga membuat kamar sendiri. Camilan milik Nadin tersedia cukup banyak. Tidak ada kesusahan ketika tinggal di rumah uti dan kung. Semenjak itu Nadin tidak pernah lagi menjamah dapur seperti di rumahnya. Hari-hari Nadin sungguh menyenangkan. Banyak yang bisa dilakukan disana. Banyak juga rencana yang ingin dia wujudkan di Kediri seperti diet.  Semenjak gemar membuat kue, Nadin naik berat badan 10kg. Nadin bukan anak yang suka olahraga. Sebelum pandemi, ...

Hobi Baru

 Sudah setengah tahun belajar dari rumah berlangsung. Semua tugas masih sama menumpuknya seperti biasa. Nadin mulai bosan dengan hari harinya. Tiba tiba laman youtube Nadin muncul akun yang menyediakan resep kue simpel. Berawal dari menonton youtube, dia tertarik untuk mencoba. Kebetulan bahan bahan di dapur tersedia. Apapun yang ada bahannya, Nadin coba membuatnya. Kadang enak, kadang gosong, kemanisan, pas bahkan gagal tidak enak dimakan. Karna sedang ingin makan martabak manis, Nadin mencari resep di youtube. Sejak hari itu dia tekun mencoba resep-resep. Tapi tidak ada yang pas menurut Nadin. Hasil coba-coba membuat martabak manis dari beberapa resep Nadin amati. Beberapa ia modif sesuai kreatifitasnya. Akhirnya Nadin menemukan resep martabak manis anti gagal racikannya. Keluarga Nadin sangat suka dengan terang bulan buatannya. Hampir setiap hari Nadin membuat 2 loyang terang bulan yang selalu habis. Pie susu teflon. Sembari berbincang tipis bersama adik dan ibunya di meja makan...

Kacau Tugas

 “Lagiii......?” “Aku capek, bingung, males, bosennnn”  “Ini tugas apa sih pagi pagi udah harus habisin 1 bab” “Kertas folioku habis ini aduh ribet banget mau keluar.” “Buk, aku pengen bolos sekolah tapi kan ini daring udah di rumah huwaaaa.” Begitulah kira-kira kira situasi Nadin setiap pagi. Tugas yang diberi seperti rombongan. Sebagai siswa biasa, Nadin sangat tertekan dengan sistem belajar baru di sekolahnya. Hari harinya hanya untuk mengerjakan tugas. Mengerjakan tugas bukan berarti belajar. Tidak ada waktu untuk belajar. Nadin mengerjakan tugas hanya untuk dikumpulkan bukan untuk memahami apa itu tugasnya. Terlalu banyak tugas membuat Nadin bergantung pada google. Jangankan memahami jawaban dari google, kadang membaca jawabannya saja tidak. Jika seperti itu bagaimana Nadin bisa dikatakan paham dengan pelajaran. Ditambah Nadin tipe anak yang mengerjakan tugas dengan dihias bolpoin warna-warni. Hal itu membuat waktu mengerjakan Nadin semakin lama. Berantakan mental Nadin w...

Kehidupan Baru

 Senin pagi, waktu itu bertepat paada tanggal 16 Maret 2020. Nadin mengencangkan dasinya untuk bergegas pergi ke sekolah. Dari ruang tengah gaduh suara TV pagi-pagi membuat seluruh anggota keluarganya tertarik menghampiri sumber suara. Ternyata berita wabah virus import dari Cina. Yang berbeda adalah mengapa presiden sampai turun tangan memeberitakan bahwa warga dihimbau melakukan karantina di rumah selama 2 minggu lamanya. Nadin selesai bersiap diri. Dia pergi ke sekolah dengan perasaan senang. Akhirnya libur 2 minggu setelah jenuh sekali sekolah. Sesampainya di sekolah, para siswa dikumpulkan di lapangan. Perwakilan guru menyampaikan bahwa kita akan melakukan sistem pembelajaran dari rumah selama 2 minggu. Semua siswa bersorak kegirangan. Menurut mereka ini adalah doa yang terkabul. Setelah apel selesai. Semua siswa dipulangkan. “Sepertinya kita akan seperti ini sampai lulus.” Ucap polos Nadin tanpa pikir panjang. “Doa aja semoga gk sampai lulus.” Jawab teman Nadin. Sepanjang ap...

Jendela Baru

 “Hallo aku Nadin anak IPS 6, salam kenal.” Sapa Nadin pada anak-anak jurusan Bahasa. Sejak hari itu, Nadin yang belum menerima statusnya sebagai siswi IPS menginjakkan kakinya di kelas bahasa. Menurutnya kelas bahasa menarik. Di sana ada teman dekatnya dari SMP dan beberapa anak juga sudah pernah kenal dengannya sebelumnya. Berbeda dengan isi dalam kelasnya IPS 6 yang masih menganut pertemanan aliran golongan kasta, status, ras, asal, dan kelompok. Rasanya kelas Bahasa lebih menarik dan kekeluargaan dibanding IPS. Meskipun di IPS, Nadin punya teman baru yang sanyang sekali dengannya. Tapi menurutnya Bahasa lebih prospek untuk masa depannya. Semenjak kegagalan Nadin tentang jurusan di SMA nya, dia pesimis dengan cita-citanya. Latar belakang Nadin bukan siswi yang pandai hanya saja dia terbiasa sibuk belajar. Hal itu membuat dia tidak nyaman berada di lingkungan IPS yang serba santai. Semenjak dia tak sengajak datang ke kelas bahasa, rasanya dia menemukan jendela baru untuk menata m...

Cerita Pertama di Hari Pertama Sekolah

 “Nadiinnnnnnnnnnnn jam berapa ini, kamu gak ikut psikotes apa ?” kata ibu “Ya Allah jam 6 pagi” kata Nadin Cepat-cepat Nadin lari ke kamar mandi. Memang Nadin tidak suka dengan beberapa hal baru. Seperti hari pertama ke sekolah. Menurutnya hari pertama ke sekolah itu mengerikan. Karna itu semalam dia tidak bisa tidur hingga subuh. Hari ini jadwal tes kemampuan MIPA dan psikotes di SMA Negeri 1 Langsat. Kegiatan rangkaian syarat tes masuk jurusan IPA. Tapi karna semalam Nadin tidak bisa tidur, akhirnya dia bangun kesiangan. Kejadian sangat fatal untuk hari pertama masuk sekolah. Nadin sangat mengecewakan hari itu. “Pakkkkk.... Tunggu sebentar.” ujar Nadin “Aduh nakk... Jam berapa ini baru datang, ayo cepat cepatttt” sorak salah satu guru pengajar di sekolah baru. Nadin lari sekitar 100 meter ke ruang ujian yang ada di lantai 3 dengan medan berkelok-kelok naik turun dengan terengah-engah. Sesampainya di kelas, wajah wajah serius menahan berak mengalihkan pandangannya pada Nadin. San...